Di mohon supaya agak maklum lah, ini cuma buat main2an doang kok :D
Ohya nama bukan aku yang buat loh, ini usulan dari temen2 jadi.. mohon di maklumi :DD
PROLOG..........
Ku lewati jalan yang biasa ku lewati , malam itu terasa sedikit hangat dan gelap "mungkin sudah hampir hujan." pikirku. Bau asap tercium dari arah rumahu, dan kobaran api terpancar dan bersinar samar samar di depna dari kejauhan
"Rumahku?!" Aku berjalan mulai cepat, lebih cepat, hingga Aku berlari dengan tergesa-gesa. Rumahku terbakar dan tetanggapun mulai keluar dan mencoba memadamkannya "Daddy! Mama! Amber!" Aku ingin memasuki rumah itu tapi tetanggaku mencegatku.
"Biarkan aku menolong mereka!" teriakku lagi"Jangan biarkan mereka mati! Jangan biarkan mereka di dalam!" Semakin aku berteriak, semakin erat pula mereka mencengkramku. Aku berteriak histeris dan mereka hanya diam saja, hanya simpati saja yang mereka gumamkan kepadaku
"Deborah? Ada apa dengan rumahmu?" tanya seorang kepadaku.
"Aku tidak tau, Aku tidak tau apa-apa, Richard." Aku mulai menangis deras
"Deborah, Jangan menangis, dan jangan berbuat hal yang bodoh, jika kau kesana, kau akan terbakar juga, dan aku akan kehilangan sahabat sepertimu Deborah."
"tapi bagaimana dengan keluargaku? rumahku? dan barang-barangku?" aku menggeliat ingin melepaskan cengkraman semua orang
"lepaskan Aku, lepaskan Aku.. hhuuu.. huuuu.." Aku mulai mengamuk.
"Deborah, biarkan orang yang lebih berpengalaman mencari mereka dan memadamkan apinya." Richard mulai menarikku juga dn menjauhi rumahku, rumah yang penuh kenangan
"Apa?" jawabku sambil menangis kecil
"Deborah" Richard memegang kedua pipiku "jika kamu ke sana dan tidak kembali siapa yang menemanimu bila aku kesepian, kau tau orang tuaku kierja di luar negeri dan hanya aku juga 3 pembantuku di rumahku, siapa yang akan menghiburku lagi bila aku kehilangan dirimu?" lanjutnya dengan kata-kata yang lembut "dan kau sekarang sedang terpesona bukan?" ia tersenyum
"terpesona?! Aku duduk di sini mengawatirkan nasib keluargaku dan kau bilang aku terpesona olehmu?" Aku sama sekali tidak berbohong tentang itu.
"well.. aku tau kau tamapan, lebih tinggi sedikit dariku, kulitmu putih, rambutmu menarik, matamu tajam dan kau sangat misterius" yang terakir itu aku menyukainya "Juga suka berpetualang, tapi bagaimana bisa aku duduk bercanda padamu sedangkan rumahku terbakar?" Richardpun menjauh dariku, mungkin dia sedikit marah, tapi siapa yang peduli jika keluargamu sedang terancam?
Angin berhembus, awan juma semakin menghitam, dan suhu udara di sekitarku semakin mendingin, tetapi api di rumahku tidak padam tetapi semakin membesar, seakan mengejekku, seandainya ada yang menghiburku..
Dan harapan itu terjadi..
"Mau apa lagi, Richard? Kau juga mau mengejekku?" Aku membenamkan wajahku di lutut
aku mulai tenang dan orang-orang sudah melepaskan cengkramannya tetapi aku masih menangis dan tidak ingin mencari masalah padanya kembali
"jika kau tidak keberatan, bolehkah aku duduk di dekatmu? daripada kau sendirian saja sambil memluk kedua lututmu seperti itu?" katanya kembali
"terserah kau saja"
Ku lihat di depanku api tersebut hanya berkobar di rumahku...
"Semoga mereka selamat Tuhan, aku mohon.."
0 comments:
Post a Comment